Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Piala Dunia 2018: Kolektivitas Menyingkirkan Selebritas

image-gnews
Penjaga gawang timnas Prancis, Hugo Lloris, mengajak dua putrinya untuk mencium trofi Piala Dunia yang telah diraih timnya setelah mengalahkan Kroasia dalam final Piala Dunia 2018 di Luzhniki Stadium, Moskow, Rusia, 15 Juli. (AP Photo/Matthias Schrader)
Penjaga gawang timnas Prancis, Hugo Lloris, mengajak dua putrinya untuk mencium trofi Piala Dunia yang telah diraih timnya setelah mengalahkan Kroasia dalam final Piala Dunia 2018 di Luzhniki Stadium, Moskow, Rusia, 15 Juli. (AP Photo/Matthias Schrader)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tim yang kompak dan militan adalah jawaban untuk bisa meraih sukses dalam sebuah turnamen antar-tim nasional, seperti putaran final Piala Dunia 2018, yang baru saja berakhir di Stadion Luzhniki, Moskow, Rusia, Minggu, 15 Juli.

Baca: Pelatih Kroasia Keluhkan Penggunaan VAR di Piala Dunia 2018

Adapun mental kuat dalam kebersamaan menjalani perjuangan itu kini sudah ada di diri pemain sejak berusia muda. Ini sisi berikutnya dari fenomena sukses Prancis mengalahkan Kroasia 4-2 dalam pertandingan final di stadion nasional Rusia tersebut.

Baca: Prancis Juara Piala Dunia 2018, Kemenangan Keberagaman

“Ini adalah sebuah tim muda yang berada di puncak dunia. Sebagian di antara mereka adalah juara pada usia 19 tahun. Namun sumber kebanggaan terbesar saya adalah mereka memiliki pikiran yang benar,” kata pelatih Prancis, Didier Deschamps, di Stadion Luzhniki dinihari tadi, Senin, 16 Juli 2018, setelah pertandingan final.

Baca: Kylian Mbappe, Pemain Muda Terbaik Piala Dunia 2018

Kolektivitas, militansi, dan ketegaran menyingkirkan sosok para bintang yang merangkap selebritas sepak bola, seperti Cristiano Ronaldo, Neymar, dan Lionel Messi.

Dalam sebuah kompetisi liga yang rata-rata memakan waktu hampir setahun, para bintang itu masih punya waktu cukup untuk berleha-leha memulihkan tenaga dan mood bermain. Namun dalam sebuah turnamen jangka pendek, seperti putaran final Piala Dunia 2018, Ronaldo cs seperti terkaget-kaget mengatur ritme.

Piala Dunia 2018 mengubah citra yang terbentuk selama ini dan yang tumbuh dari kompetisi liga yang disela dengan partai babak-babak kualifikasi, bahwa mereka yang akan sukses adalah tim kumpulan para bintang, mereka yang terlena dan dilenakan sanjungan media.

Figur bintang dengan talenta istimewa, seperti Messi, Ronaldo, dan Neymar, tersingkir. Di sisi lain, mungkinkah karena figur para “solois” ini belum sekuat para pendahulunya, seperti Diego Maradona, Franz Beckenbauer, Pele, atau Johan Cruyff? Jangan-jangan Neymar cs selama ini hanya bintang yang medioker, yang kemudian menjulang seperti gelembung sabun karena media?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Piala Dunia 2018 ini milik para pemain muda yang bertenaga, seperti Prancis dan Inggris, atau pemain senior yang tertempa perjuangan bertahun-tahun, sebagaimana Kroasia dan Belgia.

Lihatlah bagaimana Prancis yang juara, Kroasia finalis untuk pertama kali, peringkat ketiga Belgia, dan Inggris di urutan keempat itu menjadi representasi dari kekuatan kolektivitas, energi baru, soliditas, dan para tenaga muda.

Adalah Kroasia yang mengisyaratkan pertama kali bahwa pergelaran di Rusia 2018 ini bukan milik tim-tim yang percaya begitu saja kepada bintang-bintangnya. Hal itu mereka tunjukkan dengan menggulung Messi cs dari Argentina pada fase grup.

Kroasia boleh kecewa dengan jalannya partai final Piala Dunia 2018 yang menyajikan drama lengkap, yaitu kontroversi penggunaan video assistant referee (VAR), perdebatan apakah Antoine Griezmann melakukan diving atau tidak, dan tragedi gol bunuh diri Mario Mandzukic.

Namun Kroasia masih bisa tetap pulang dengan kepala tegak. Para penggemarnya berhak menyanjung mereka sebagai juara tanpa mahkota. Lihatlah baik-baik sosok sang kapten, Luka Modric, yang terpilih sebagai Pemain Terbaik Piala Dunia 2108.

Wajah Modric yang tirus mengingatkan kepada paras kapten Belanda pada final Piala Dunia 1974, Johan Cruyff. Keduanya juga memiliki kemiripan nasib dalam Piala Dunia pada era masing-masing.

Baca: Pemain Terbaik, Pencetak Gol Terbanyak, dsb di Piala Dunia 2018

“Kami sedih dan bangga pada saat yang sama,” kata pelatih Kroasia, Zlatko Dalic, seperti yang dikutip Reuters. “Kami sudah main bagus, tapi hukuman penalti seperti angin yang menghalau dan setelah itu keadaan menjadi lebih sulit. Kami telah menjaga martabat kami ketika menang dan begitu juga ketika kalah.”

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

2 hari lalu

Beyonce. Instagram/@beyonce
Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.


Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

3 hari lalu

Ziad Mansour, duduk di samping puing-puing rumah yang hancur akibat serangan mematikan Israel  di Rafah , Jalur Gaza, 9 Januari 2024. Perang antara Israel dan Kelompok Hamas Palestina di Jalur Gaza sudah memasuki hari ke-100, sejak pertama kali pecah pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sebanyak 23.843 orang di Gaza. REUTERS/Mohammed Salem
Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.


Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

3 hari lalu

Foto udara menunjukkan kawasan Place de l'Etoile dan Arc de Triomphe yang sepi di Paris, saat lockdown untuk memperlambat penyebaran penyakit coronavirus (COVID-19) Prancis, Rabu, 1 April 2020. REUTERS/Pascal Rossignol
Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.


Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

10 hari lalu

Petugas kepolisian menahan pengunjuk rasa pro-Palestina di Universitas Texas, selama konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Austin, Texas, AS 24 April 2024. REUTERS/Nuri Vallbona
Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.


Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

14 hari lalu

Duta Besar Aljazair untuk PBB Sofiane Mimouni berbicara sebelum pemungutan suara mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di markas besar PBB di New York, AS, 20 Februari 2024. REUTERS/Mike Segar
Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"


Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

19 hari lalu

Kepala Staf Angkatan Darat Israel Herzi Halevi. Reuters
Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.


Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

27 hari lalu

Suasana peringatan
Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.


Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

28 hari lalu

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan mengevakuasi Adrea Zoe, pelancong asal Prancis, yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Minggu, 7 April 2024. Foto: Istimewa
Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo


Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

28 hari lalu

Pekerja bantuan Australian World Central Kitchen (WCK), Lalzawmi
Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza


Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

33 hari lalu

Seorang anak laki-laki Palestina berjalan di lokasi serangan Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 27 Maret 2024. Israel tetap melancarkan serangan walaupun Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengesahkan resolusi seruan gencatan senjata segera di Jalur Gaza Palestina. REUTERS/Bassam Masoud
Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.